Dalam penelitian ini, pengalaman stalking dikumpulkan pada tahun 2001, sementara peserta dipantau hingga 2021. Tidak ada partisipan yang memiliki penyakit kardiovaskular di awal penelitian, tetapi sekitar 12 persen mengaku pernah menjadi korban stalking.
Selama periode pemantauan, 3 persen dari mereka mengalami penyakit jantung atau stroke, dengan risiko tertinggi pada kelompok korban stalking.
Para peneliti menduga tekanan psikologis yang timbul akibat penguntitan dapat mengganggu sistem saraf, memengaruhi fungsi pembuluh darah, serta memicu perubahan biologis lain yang berhubungan dengan kesehatan jantung.
Baca Juga: 7 Minuman yang Harus Dihindari untuk Kesehatan yang Lebih Baik
Riset sebelumnya juga menunjukkan bahwa perempuan dari kelompok minoritas dan berpenghasilan rendah lebih rentan mengalami stalking maupun bentuk kekerasan lainnya.
Meski demikian, hasil penelitian ini menegaskan pentingnya upaya pencegahan.
Koenen menilai bahwa layanan kesehatan perlu lebih proaktif melakukan skrining terhadap kasus stalking dan kekerasan sejenis, serta menyediakan sumber daya agar perempuan bisa melindungi diri.
Baca Juga: Gangguan Mental yang Dapat Terjadi di Lansia: Demensia-Skizofrenia
Lebih luas lagi, akar masalah kekerasan terhadap perempuan harus ditangani secara serius di tingkat masyarakat agar dampaknya tidak terus berulang.
Artikel Terkait
Gangguan Mental yang Dapat Terjadi di Lansia: Demensia-Skizofrenia
7 Minuman yang Harus Dihindari untuk Kesehatan yang Lebih Baik
Bisa Berdampak Serius, Orang dengan Kondisi Medis Ini Harus Hindari Konsumsi Nanas
Gen Z Ramai Posting Rambut Beruban, Ini Alasannya