Studi Sebut Stalking Berbahaya bagi Perempuan, Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung hingga Stroke

photo author
- Jumat, 5 September 2025 | 16:10 WIB
ilustrasi stalking
ilustrasi stalking

KALTENGLIMA.COM - Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Circulation mengungkap bahwa perempuan yang pernah menjadi korban penguntitan atau stalking memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit jantung dan stroke dalam jangka panjang.

Studi ini melibatkan lebih dari 66 ribu perempuan yang diikuti selama 20 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang pernah mengalami stalking, baik oleh mantan pasangan, pasangan saat ini, maupun orang lain, memiliki kemungkinan 41 persen lebih besar menderita penyakit kardiovaskular dibandingkan dengan perempuan yang tidak pernah mengalaminya.

Risiko bahkan meningkat hingga 70 persen pada perempuan yang sampai harus mengajukan perintah perlindungan hukum.

Baca Juga: Kejaksaan Tinggi Sulsel sebut Dana Korupsi 2,25 M Bank Pemerintah Gunakan Uang Nasabah untuk Bayar Utang

Menurut Karestan Koenen, profesor epidemiologi psikiatri di Universitas Harvard sekaligus penulis utama penelitian, banyak orang menganggap stalking bukan masalah besar karena biasanya tidak melibatkan kekerasan fisik.

Padahal, bentuk kekerasan non-fisik seperti ini dapat menimbulkan dampak psikologis serius yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan fisik.

Ia menekankan bahwa stalking seharusnya dipandang sebagai faktor risiko kesehatan setara dengan merokok atau pola makan yang tidak sehat.

Baca Juga: Mahfud MD Tegaskan Aparat Harus Tindak Tegas Jika Ada Makar dari Gelombang Aksi Massa

Data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menunjukkan bahwa sekitar 1 dari 3 perempuan dan 1 dari 6 laki-laki di Amerika Serikat pernah mengalami stalking.

Di Uni Eropa, prevalensinya rata-rata 18,5 persen, dengan angka terendah 8,5 persen di Lituania dan tertinggi 32,4 persen di Slovakia.

Bentuk stalking bisa beragam, mulai dari mengikuti korban, mengawasi gerak-geriknya, mendatangi tanpa izin, hingga melakukan pelecehan secara daring.

Baca Juga: Akademisi: Pemerintah Diminta Tetapkan Standar Kesejahteraan Guru

Sayangnya, isu ini masih jarang diteliti dalam ranah medis, padahal dampaknya bisa menimbulkan trauma psikologis mendalam sekaligus gangguan kesehatan fisik.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Laili Rukhmina

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Berapa Panjang Usus Halus Orang Dewasa dan Fungsinya?

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:55 WIB

Bahaya Kebiasaan Mengunyah Es Batu bagi Kesehatan Gigi

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:18 WIB
X