KALTENGLIMA.COM - Sebuah penelitian kolaboratif dari University of Surrey, John Innes Centre, dan Quadram Institute Bioscience mengungkap sejumlah kekeliruan umum yang dilakukan masyarakat saat memilih suplemen vitamin D.
Berdasarkan laporan Eating Well pada Senin (6/10), temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nutrition Reviews ini menganalisis berbagai studi mengenai efek konsumsi vitamin D2 terhadap kadar vitamin D3 dalam tubuh.
Para peneliti menelusuri basis data PubMed dan menemukan 202 artikel yang relevan, kemudian mempersempitnya menjadi 20 studi yang sesuai dengan kriteria penelitian.
Baca Juga: Waspadai Gejala Flu Singapura pada Orang Dewasa, Ini Ciri-Cirinya
Dari jumlah tersebut, 11 studi dipilih untuk dianalisis secara statistik. Semua penelitian tersebut merupakan uji coba terkontrol acak, di mana peserta secara acak dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok yang mengonsumsi vitamin D2 dan kelompok kontrol.
Peneliti kemudian membandingkan kadar vitamin D3 dalam darah sebelum dan sesudah suplementasi untuk mengetahui perubahan yang terjadi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumsi vitamin D2 justru menyebabkan penurunan signifikan kadar vitamin D3 dalam tubuh.
Baca Juga: Jalan Tanpa Alas Kaki, Ini Manfaatnya bagi Kesehatan Tubuh
Rata-rata, kadar vitamin D3 serum turun sekitar 18 nanomol per liter pada akhir periode studi dan sekitar 9 nanomol per liter selama keseluruhan uji coba.
Pola penurunan ini ditemukan secara konsisten di berbagai penelitian, sehingga memperkuat dugaan adanya hubungan sebab-akibat antara suplementasi vitamin D2 dan penurunan kadar vitamin D3.
Para peneliti menekankan bahwa meski D2 dan D3 sama-sama dapat meningkatkan kadar vitamin D total, D3 terbukti lebih efektif dalam menjaga kestabilan kadar tersebut dan memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan. Dengan demikian, vitamin D3 direkomendasikan sebagai pilihan yang lebih baik bagi kebanyakan orang.
Baca Juga: Benarkah Penyuka Makanan Pahit Punya Ciri Kepribadian Psikopat?
Selain dari suplemen, vitamin D juga dapat diperoleh dari sumber makanan alami, meskipun jumlahnya terbatas. Ikan berlemak seperti salmon, sarden, dan makarel merupakan sumber terbaik, diikuti oleh kuning telur, hati sapi, serta jamur yang terpapar sinar ultraviolet.
Beberapa produk seperti susu, susu nabati, yogurt, dan sereal juga difortifikasi vitamin D untuk membantu memenuhi kebutuhan harian.
Namun, hanya mengandalkan makanan sering kali belum cukup untuk mencapai kadar vitamin D yang optimal.
Artikel Terkait
Viral di Sosmed Punya Pasangan Gigi Berlubang Disebut Dapat Menular, Ini Kata Dokter Gigi
Terungkap! Usai Konsumsi Junk Food, Ini yang Terjadi Pada Otak Hanya dalam 4 Hari
Waspada! Ini Kelompok Orang yang Sebaiknya Tak Minum dari Botol Tembaga
Benarkah Penyuka Makanan Pahit Punya Ciri Kepribadian Psikopat?