KALTENGLIMA.COM - Sebuah penelitian yang diterbitkan di Journal of the Endocrine Society mengungkapkan bahwa olahraga dengan intensitas tinggi dapat menjadi strategi efektif untuk mengurangi rasa lapar pada perempuan yang berupaya menurunkan berat badan.
Dalam studi ini, para peneliti menyoroti pengaruh olahraga terhadap ghrelin, hormon yang berperan dalam mengatur rasa lapar dan kenyang.
Ghrelin memiliki dua bentuk molekuler, yaitu acylated ghrelin (AG) dan deacylated ghrelin (DAG). Kadar ghrelin yang tinggi sering kali dikaitkan dengan peningkatan nafsu makan.
Baca Juga: Faktor Penyebab Gagal Jantung Akut yang Dialami Emilia Contessa Sebelum Berpulang
Dalam penelitian ini, delapan pria dan enam perempuan diminta berpuasa semalaman sebelum melakukan berbagai latihan dengan tingkat intensitas berbeda. Peneliti kemudian mengukur kadar ghrelin, laktat darah, dan tingkat nafsu makan berdasarkan laporan partisipan.
Hasilnya menunjukkan bahwa olahraga dengan intensitas tinggi lebih efektif menekan kadar AG dibandingkan dengan olahraga intensitas sedang, khususnya pada perempuan.
Kara Anderson, salah satu peneliti, menjelaskan bahwa peserta merasa "kurang lapar" setelah latihan intens dibandingkan dengan latihan yang lebih ringan.
Baca Juga: Misteri Asal Usul Covid-19 Dipandangan CIA, Kebocoran Lab Kini Kembali Disorot
Temuan ini menggarisbawahi potensi latihan intensitas tinggi dalam menekan nafsu makan sebagai bagian dari program penurunan berat badan.
Namun, peneliti mencatat bahwa ukuran sampel yang kecil, terutama partisipan perempuan, menjadi salah satu keterbatasan studi ini.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak olahraga terhadap ghrelin berdasarkan jenis kelamin dan faktor lainnya.
Baca Juga: Posisi Tidur yang Baik untuk Kesehatan: Telentang atau Miring? Simak Kata Ahli
Selain mengatur nafsu makan, ghrelin diketahui memiliki peran penting dalam keseimbangan energi, fungsi kekebalan tubuh, homeostasis glukosa, tidur, dan memori.
Anderson menambahkan bahwa olahraga dapat dianggap sebagai "obat" yang dosisnya perlu disesuaikan dengan tujuan kesehatan individu.
Artikel Terkait
Batasi Konsumsinya! Ini Daftar Makanan yang Buruk Bagi Pengidap Hipertensi
Cetak Rekor Orang Terlama Hidup dengan Ginjal Babi, Ini yang Dirasakan Wanita Asal AS
Ingin Perut Rata? Ini Waktu Terbaik Olahraga Pagi yang Harus Anda Tahu
Posisi Tidur yang Baik untuk Kesehatan: Telentang atau Miring? Simak Kata Ahli