KALTENGLIMA.COM - Bagi sebagian besar orang, menikmati secangkir kopi di pagi hari sudah menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan.
Namun, bagi penderita gangguan jantung seperti fibrilasi atrium atau A-fib, minuman ini sering dianggap berisiko karena kandungan kafeinnya diyakini dapat mempercepat detak jantung.
Menariknya, sebuah penelitian terbaru justru membantah anggapan tersebut dan menunjukkan bahwa konsumsi kopi berkafein tidak hanya aman, tetapi juga dapat membantu menurunkan risiko kekambuhan gangguan irama jantung tersebut.
Baca Juga: Di Tengah Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Kemenkes Imbaukan Hal Ini
Fibrilasi atrium sendiri merupakan kondisi di mana detak jantung menjadi tidak teratur dan sering menyebabkan gejala seperti dada berdebar, sesak napas, serta pusing.
Jika tidak diobati, A-fib dapat meningkatkan risiko stroke, gagal jantung, dan pembekuan darah. Di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 10 juta orang hidup dengan kondisi ini, dan jumlahnya terus meningkat seiring bertambahnya usia populasi.
Penelitian berjudul Does Eliminating Coffee Avoid Fibrillation? (DECAF) yang dipimpin oleh ahli jantung sekaligus profesor dari University of California, San Francisco, Dr. Gregory Marcus, dilakukan untuk meninjau kembali pandangan umum tentang bahaya kafein bagi penderita A-fib.
Baca Juga: Mengetahui 'Memetic Violence', Disinggung Densus 88 Terkait Ledakan SMAN 72 Jakarta
Dr. Marcus menjelaskan bahwa banyak pasien menghentikan konsumsi kopi hanya karena rekomendasi dokter, padahal belum ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa kafein memperburuk kondisi tersebut.
Studi yang berlangsung selama empat tahun ini melibatkan 200 peserta lanjut usia dari Amerika Serikat, Kanada, dan Australia, dengan rata-rata usia 70 tahun dan sekitar sepertiganya perempuan.
Para peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang berhenti total mengonsumsi kafein dan kelompok yang tetap minum setidaknya satu cangkir kopi berkafein setiap hari.
Baca Juga: Jangan Anggap Remeh! Anak Muda Juga Berisiko Kena Kanker Usus, Ini Gejalanya
Selama enam bulan, peserta melaporkan kebiasaan mereka melalui pertemuan daring, sementara para peneliti memantau kondisi jantung menggunakan rekaman elektrokardiogram (EKG), alat pemantau detak jantung, serta alat implan jantung untuk mendeteksi kekambuhan A-fib.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 56% peserta mengalami kekambuhan selama masa studi, namun kelompok peminum kopi memiliki tingkat kekambuhan lebih rendah, yaitu 47%, dibandingkan kelompok yang berhenti minum kopi dengan 64%.
Selain itu, kelompok peminum kopi juga cenderung mengalami kekambuhan dalam jangka waktu yang lebih lama. Menariknya, sekitar sepertiga peserta dari kelompok tanpa kopi mengaku tetap diam-diam meminum segelas kopi selama penelitian berlangsung.
Artikel Terkait
Hati-Hati! Lima Kebiasaan Pagi Ini Diam-Diam Bisa Bikin Ginjal Rusak
Jangan Anggap Remeh! Anak Muda Juga Berisiko Kena Kanker Usus, Ini Gejalanya
Deretan Makanan yang Terbukti Bantu Tingkatkan Daya Ingat
Mengetahui 'Memetic Violence', Disinggung Densus 88 Terkait Ledakan SMAN 72 Jakarta