Kondisi ini cukup sering terjadi tanpa gejala yang jelas sehingga sulit diperkirakan jumlah kasus pastinya.
Hipotensi ortostatik lebih sering dialami seiring bertambahnya usia, dengan prevalensi sekitar 5% pada usia 50 tahun dan meningkat lebih dari 30% pada usia di atas 70 tahun.
Meskipun dapat dialami oleh siapa saja, gejala hipotensi lebih sering muncul pada kelompok usia lanjut, khususnya jenis ortostatik. Pada individu yang aktif secara fisik, tekanan darah rendah juga bisa terjadi tanpa keluhan, terutama pada usia muda.
Baca Juga: Suka Matcha ? Ketahui Efek Samping Minum Matcha Berlebihan
Tekanan darah rendah dapat menimbulkan dampak serius bagi kesehatan. Salah satu risiko yang paling sering terjadi adalah jatuh akibat pusing atau pingsan, yang berpotensi menyebabkan cedera berat seperti patah tulang, gegar otak, hingga trauma serius lainnya.
Selain itu, hipotensi dapat menurunkan pasokan darah ke organ penting tubuh sehingga menyebabkan kerusakan organ dan dalam kasus parah dapat menimbulkan syok, yaitu kondisi ketika tubuh mengalami kegagalan fungsi karena kekurangan darah dan oksigen.
Tekanan darah rendah juga dapat memengaruhi kesehatan jantung, membuat organ ini bekerja lebih keras hingga berpotensi mengalami kerusakan permanen atau gagal jantung.
Baca Juga: Suka Matcha ? Ketahui Efek Samping Minum Matcha Berlebihan
Tidak hanya itu, aliran darah yang tidak stabil dapat meningkatkan risiko pembekuan darah yang berujung pada trombosis vena dalam maupun stroke.
Maka dari itu, memahami kondisi hipotensi secara menyeluruh, baik dari penyebab, gejala, hingga risikonya, sangat penting agar seseorang mampu menjaga kesehatan dan mencegah komplikasi yang lebih berbahaya.
Artikel Terkait
Waspada! Rutinitas Pagi Orang Indonesia Ini Dapat Merusak Kesehatan Jantung
Benarkah Konsumsi Air Berlebihan Bisa Membahayakan Ginjal?
6 Tanda Serangan Jantung Berbahaya yang Kerap Terabaikan
Suka Matcha ? Ketahui Efek Samping Minum Matcha Berlebihan
Apakah Benar Main Ponsel di Toilet Bisa Kena Penyakit Wasir?